Chatting

Sabtu, 06 Juli 2013

Tentang Termometer

Sejak zaman dulu manusia berusaha mengukur temperatur. Dan bukan hanya ingin mengetahui temperatur benda atau cuaca, tapi juga temperatur badan manusia. Hipokrates, misalnya, telah menyadari bahwa temperatur badan manusia bersangkut paut erat dengan kesehatan manusia bersangkutan. Namun baru sekitar 2000 tahun kemudian, ahli medik Santorio Santorio nama diulang, bandingkan dengan Galileo Galilei dapat menggunakan termometer untuk mengukur temperatur pasien. Dapat dikatakan, bahwa dialah dokter pertama yang menggunakan termometer sebagai alat bantu diagnosa penyakit.

Usaha untuk menciptakan alat yang dapat mengukur temperatur, yakni alat termometer, timbul di kalangan ahli astronomi dan ahli ilmu alam. Mereka mengetahui, bahwa temperatur dapat membuat zat memuai. Karena itu, mereka berusaha menggunakan ukuran muai zat itu sebagai dasar untuk mengukur temperatur. Sekalipun demikian, pengukuran temperartur secara teliti, tidaklah terjadi dengan mudah. Mereka perlu menemukan zat yang tepat, teknik yang tepat, serta skala ukur yang tepat untuk dapat mengukur temperatur secara cermat.
                              
Termometer Udara dan Alkohol
Galileo Galilei menggunakan pemuaian udara untuk mengukur temperartur. Alatnya terdiri atas bola gelas sebesar telur ayam yang dihubungkan dengan pipa panjang. Pipa itu direndam di dalam air. Ketika temperatur berubah, udara di dalam bola gelas itu memuai atau mengerut. Perubahan ini dicatat melalui garis air pada tabung. Alat itu diciptakannya pada tahun 1593 serta dikenal sebagai termoskop. Sekalipun ketelitiannya masih sangat rendah, namun secara kasar alat ini sudah dapat mengukur temperatur.

Kawan Galileo yang bernama Santorio santorio (secara latin dikenal sebagai Sanctorius) adalah dokter pertama yang menerapkan ukuran kuantitatif pada tubuh manusia. Pada awal abad 17, dari hari ke hari, ia menimbang berat badan manusia, serta menemukan, bahwa berat badan berkurang melalui berkeringat. Ia juga menciptakan alat untuk mengukur banyaknya denyut nadi.

Dalam rangka ukur mengukur ini, Santorio Santorio juga ingin mengukur temperatur tubuh manusia. Untuk itu ia menggunakan termoskop Galileo dengan meletakkan bola gelas ke dalam tubuh manusia. Pada tabung termoskop itu, ia menyusun skala dengan menggunakan dua titik patokan. Kedua titik patokan itu adalah temperatur salju dan temperatur api lilin. Alat itu juga sangat tidak teliti.

Kemudian Guillaume Amontons menyempurnakan termoskop Galileo. Sebagai pengganti air, ia menggunakan (air) raksa untuk mengurung udara. Volume udara dibuat tetap sehingga temperatur diukur berdasarkan perubahan tekanan udara. Termoskop ini lebih baik dibandingkan termoskop Galileo. Dengan alatnya itu, Amontons menemukan bahwa dalam batas ketelitian alatnya, air mendidih pada temperatur yang sama. Selanjutnya, Amontons juga mempelajari ciri muai berbagai jenis gas. Pada perubahan temperatur yang sama, ia menemukan bahwa semua gas memuai dengan volume yang sama. Pengamatan ini diumumkannya pada tahun 1699.

Di Florence bangsawan Tuscany, Ferdinand II, menciptakan termometer yang lebih baik. Udara di bola gelas digantikan dengan anggur atau alcohol. Kedua titik tetapnya adalah temperatur pada musim dingin yang terdingin serta temperatur pada musim panas yang terpanas. Temperatur musim dingin dan musim panas tidaklah konsisten. Karena itu, muncullah berbagai usul tentang titik patokan itu.

Ada yang mengusulkan penggunaan satu titik patokan saja, tetapi ada pula yang mengusulkan dua titik patokan. Pengusul satu titik patokan seperti Robert Boyle, Robert Hooke dan Christian Huygens, mengusulkan temperatur pada tiitk beku suatu cairan tertentu sebagai patokan. Boyle misalnya memilih minyak dari adas manis (aniseed). Selanjutnya setiap derajat temperatur ditentukan oleh perubahan volume zat cair itu sebesar suatu pecahan volume tertentu.

Pengusul dua titik patokan memiliki berbagai pendapat tentang kedua titik patokan itu. Honore Fabni mengusulkan titik rendah pada temperatur cair es. Namun, untuk titik tingginya, dia tetap mengusulkan temperatur musim panas yang tidak menentu itu. Sepakat mengenai titik rendahnya, Delance mengusulkan titik tinggi pada temperatur lebur mentega. Pada tahun 1694, guru besar di Padua, Carlo Renaldini mengusulkan titik beku dan titik didih air sebagi kedua titik patokan itu.

Pada tahun 1701, Isaac Newton mengusulkan titik rendah pada temperatur beku air serta titik tinggi pada temperatur tubuh manusia. Di anatar kedua titik itu disusun 2 skala.

Kemudian pembuatan termometer jatuh ke tangan pembuat alat meteorologi, Gabriel Daniel Fahrenheit. Besar kemungkinan bahwa Fahrenheit didorong oleh Herman Boerhave untuk membuat alat itu. Fahrenheit mengulang disain termometer serta menggunakan air raksa sebagai zat pengukurnya.

Fahrenheit dan Penggunaan Termometer
Gabriel Daniel Fahrenheit lahir di Danzig, sekarang Gdansk, Polandia tahun 1686. Sejak kecil ia telah beremigrasi ke Amsterdam. Ia memasuki pendidikan bisnis, fisika dan pembuatan alat serta kemudian menjadi pembuat alat meteorologi. Setelah membaca sejarah ilmu yang mengisahkan penemuan Amotons tentang titik didih air yang tetap maka ia pun terdorong untuk membuat termometer guna melihat gejala alam di bidang temperatur.

Pada tahun 1708, Fahrenheit bertemu dengan Ole Romer yang telah membuat beberapa skala temperatur. Ia mencoba bentuk perubahan dari salah satu termometer itu. Pada tahun 1714, Fahrenheit berhasil menciptakan termometer raksa yang terkenal kemana-mana. Inilah termometer yang benar-benar cermat dan teliti. Skala pada termometer Fahrenheit inipun dikenal sebagai derajat Fahrenheit sampai sekarang masih digunakan di beberapa negara terutama di Amerika Serikat dan Inggris.

Pada tahun 1724 Fahr melaporkan hasil karyanya ke Royal Society sehingga diterima dalam keanggotaannya pada tahun itu juga. Segera pula skala Fahr di terima di Inggris dan Belanda. Sekalipun kemudian sebagaian besar negara menggunakan skala Celcius dan Kelvin, Fahr masih tetap menjadi orang pertama yang dapat menciptakan termometer yang tepat.

Dalam bidang kesehatan, termometer ini juga digunakan. Hermann Boerhave, beserta pengikutnya Gerhard van Swieten dan Anton de Haen mencoba mengaitkan temperatur badan dengan kesehatan. Dalam 15 jilid buku yang berjudul Rati Memendi, de Haen mencatat naik turunnya temperatur pda pasein yg demam. Dalam rangka ini George Martine dari St Andrews bahwa setiap penyakit memiliki jenis demamnya sendiri.

Pada tahun 1762, dokter Prancis, Ballay, mengukur temperatur kencing pasein. James Currie dari Liverpool menganjurkan mandi dingin bagi pasien demam dan mandi itu diatur dengan termometer. Pemakaian termometer di rumah sakit mulai terkenal setelah penelitian Karl August Wunderlich. Selama 16 tahun bersama pembantunya, ia mengukur temperatur lebih dari 100 ribu pasien. Pada tahun 1868 karyanya itu ditulis dalam buku The Course of The Tempearture in Disease; A guide of Clinical Thermometry. Termometer pun menjadi alat penting di dalam diagnosa penyakit.

Pada tahun 1734, di dalam Philosophical Transactions, Fahr mengisahkan pembuatan termometernya. Dalam kisah itu Fahr berkata, bahwa ia terpengaruh oleh keberhasilan amontons. Kisahnya: kira-kira 10 tahun lalu, saya membaca didalam Sejarah ilmu yang diterbitkan akademi Kerajaan di Paris, bahwa dengan menggunakan termometer ciptaannya sendiri, Amontons yang tenar itu telah menemukan bahwa air mendidih pada tingkat panas yang tetap. Segera pula saya dibakar oleh keinginan yang besar untuk membuat sendiri termometer sejenis itu sehingga dengan mata saya sendiri saya dapat melihat gejala alaam yang idnah itu serta dapat merasa yakin akan kebenaran perconaan itu.

Fahr tak lupa mengisahkan sejumlah kegagalan dalam usahanya: “karena kekurangan pengalaman dalam pembuatan usaha saya menjadi sia-sia sekalipun saya telah sering mengulanginya”. Karena itu ia menunda usahanya sampai waktu kemudian. Namun semangatnya untuk membuat termometer sama sekali tidak pudar dan tidak mengendur. “saya selalu berkeinginan untuk melihat hasil percobaan itu,” tegas Fahr.

Pada suatu saat Fahr teringat kepada barometer. Pengamat yang teliti telah menulis tentang koreksi barometer. Mereka telah melihat bahwa tinggi (air) raksa di dalam tabung barometer sedikit berubah pada temperatur yang berubah. “Dari ini saya ketahui bahwa suatu termometer mungkin dapat dibuat dengan menggunakan raksa.”. Fahr mengakui bahwa pembuatannya akan sangat sukar. Namun dengan menggunakan termometer itu ia sangat yakin ia dapat melakukan percobaan yang sangat ingin dilakukannya itu. Dan ternyata berhasil.

Tabung induk termometer air raksa Fahr itu berbentuk silinder menggantikan bentuk bola termoskop Galileo. Sesuai dengan manmaya, termometer ini menggunakan (air) raksa sebagai pengganti alkohol. Dengan alatnya itu, mula-mula Fahr mencoba menggunakan temperatur di Eslandia dan Lapland yang memang terkenal dingin, sebagai temperatur terdingin dalam penentuan titik patokan skala temperatur. Namun kemudian ia menggantikannya dengan air bercampur garam. Titik beku air bercampur garam ini menentukan titik nol derajat di termometer.

Setelah itu Fahr tertarik kepada optika dan karya lain. Namun tiga tahun kemduian ia kebali ke termometer dan temperatur. Fahr mengukur sifat panas dari berbagai zat lain. Ia menentukan zat cair apa yang akan diukur, menetukan berat jenisnya pada temperatur 48 derajat, serta menetukan temperatur didihnya. Di dalam laporannya itu, tercatat zat seperti anggur, alcohol, air hujan, spiritus niter, minyak vitriol.

Skala temperatur
Pada penetuan skala temperatur di termometernya, Fahr menggunakan dua titik patokan. Untuk titik rendah, ia ingin mencari dingin yang terendah. Ia mencampur garam ke dalam air; titik beku air itu dijadikan titik rendah. Titik rendah itu dinyatakan sbeagai nol derajat. Dengan air bergaram itu Fahr ingin menghindar dari temperatur negatif.

Sebagai titik patokan tertinggi, Fahr menggunakan temperatur badan manusia. Berbeda dengan usul Newton untuk membagi kedua titik patokan itu menjadi 12 bagian, Fahr membaginya ke dalam 8 x 12 atau 96 bagian. Dengan pembagian semacam ini, ia mengukur titik didih air. Kemudian Fahr mengubah sedikit skala temperaturnya sehingga tempertaur titik didih air tepat 212 derajat. Dengan menemukan bahwa titik beku air adalah 32 derajat, amka sekala di anatara titik beku dan didih air adalah 180 derajat.

Dengan skala ini, fahr menemukan bahwa temperatur badan manusia menjadi 98,6 derajat. Skala temperatur demikian dikenal dengan skala Fahr. Skala ini masih digunakan di Amerika dan beberapa negara lain.

Tidak lama setelah itu muncul skala temperatur lain pada tahun 1730 yang disusun oleh Rene Antoine Ferchault de Reamur dan dikenal dengan skala Reamur. Dalam percobaannya ia menggunakan campuran anggur dan air dalam bandingan 4 dan 1. Ia menemukan bahwa 1000 satuan volume zat demikian pada temperatur beku air akan berkembang menjadi 1080 satuan volume pada temperatur didih air. Karena itu reamur membagi jarak dari titik beku air ke titik didih air ke dalam 1080-1000 = 80 bagian.

Dengan demikian pada skala Reamur titik beku air adalah nol derajat serta titik didih air adalah 80 derajat. Pada skala ini setiap derajat adalah serata dengan ubahan sebesar 1/1000 satuan volume zat itu. Sampai sekarang skala Reamur masih digunakan dibeberapa negara.

Skala lain lagi muncul pada tahun 1742. ahli astronomi Swedia di Universitas Upsala, Anders Celcius membagi ajarak di anatar titik beku dan titik didih air ke dalam 100 bagian. Skala inipun dikenal dengan skala celcius atau skala centigrade. Pada skala ini titik beku air adalah nol derajat dan titik didih air adalah 100 derajat.

Skala lain adalah dari William Thomson atau Lord Kelvin sehingga dikenal dengan skala Kelvin. Dengan menggunakan skala Celcius secara teoritis, Kelvin berusaha menentukan temperatur terendah yg dinamakan nol derajat mutlak. Melalui ketentuan itu, titik beku air menjadi kira2 273,15 derajat dan titik didih air 373,15 derajat. Skala inilah yang diterima sebagai satuan temperatur dalam Sistem Internasioanl.

Usaha Kelvin untuk menentukan nol derajat mutlak dapat pula diukur melalui skala Fahr. Skala yang diperoleh melalui cara ini dikenal dengan skala Rankin dari nama William Rankin.

Kini termometer (air) raksa dengan ketelitian tinggi telah banyak digunakan. Disamping termometer raksa kita juga mengenal banyak termometer lain. Bentangan yang dapat diukur dengan termometer lain sudah sangat lebar dari temperatur yg sangat dingin ke yang sangat panas. Sekalipun demikian kita masih berhadapan dengan berbagai macam skala dan satuan ukur tempertaur. Ada skala Fahr, skala Reamur, Celcius, Kelvin dan Rankin yg dibicarakan dalam berbagai pertemuan internasional. Sejak itu telah banyak patokan baku yg diterima dan diubah lagi oleh pertemuan internasional.

Untuk mengukur bentangan tempertur yang sangat lebar itu, pertemuan internsioanl membagi bentangan itu menjadi 4 wilayah. Setiap wilayah temperatur diukur melalui alat baku tertentu. Wilayah di antara –259,74 sampai 630,74 derajat Celsius diukur melalui termometer hambatan platinum. Wilayah di antara 630,74 sampai 1064,43 derajat celcius diukur dengan termometer platinum-platinum per 10 persen rhodium. Wilayah di atas 1064, 43 erajat Celsius diukur dengan pirometer optik. Tiada alat baku untuk mengukur temperatur pada wilayah di bawah –259,34 derajat celcius. Temperatur di wilayah itu diukur oleh berbagai alat ukur.

Demi kemudahan kiranya ada baiknya kalau kita semua menggunakan satu macam skala dan satuan temperatur atau menggunakan sistem internasioanl. Kita gunakan saja skala satuan Kelvin. Pada skala itu secara kasar titik beku air kira-kira 273 K serta titik didihnya 373 K. temperatur badan mansuia sekitr 310 K dan temperatur kamar 300 K.

Skala titik Didih
Titik
Fahrenheit
Celcius
Kelvin
Didih sulfur
833
445
718
Didih merkuri
675
357
630
Didih air
212
100
373
Beku air
32
0
273
Didih oksigen
-297
-183
90
Didih hydrogen
-423
-253
20
Didih helium
-452
-269
4
Nol absolut
-459
-273
0

Konversi Skala Suhu
C-K-273,15
F-R-459,67
C-5/9 (F-32)
K-C+273,15
R-F+459,57
F-9/5C+32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar